Rabu, 28 Agustus 2013

Untel

Barusan dapat diseminasi bahwa IT Telkom, IM Telkom, STISI Telkom dan Poltek Telkom kini bergabung menjadi Telkom University.
"Demi pengabdian kepada bangsa dan negara," kata mereka. Lambang yang dulunya didominasi warna biru pun kini menjadi bendera merah putih. Nasionalis... Tapiiiii, kenapa namanya 'University' ya. Bukan 'Universitas'. Atau kenapa nggak sekalian ganti nama jadi 'Telecom' kalau mau go international...
***

Setelah menjadi "Teaching University", kini mereka memasuki tahap "Research University" yang akan mulai melakukan kegiatan penelitian multidisiplin. Itulah salah satu alasan penggabungan, supaya dapat peluang kucuran dana lebih banyak dan laboratoriumnya bisa lebih beragam, tidak usah dobel-dobel yang sama. Lalu di masa depan akan mengincar "Entrepreneur University" yang akan juga terlibat dalam bidang "Public Services" (hadeuh kenapa harus boso enggres semua istilahnya).
Komentar pihak industri (yang ternyata asal-usulnya beragam bukan hanya keluarga Telkom, melainkan ada yang dari bidang perkapalan, kehutanan, sampai satelit penginderaan jarak jauh), semoga tidak naik tingkat menjadi Entrepreneur University, karena kalau mahasiswanya siap merintis usaha sendiri, mereka akan kekurangan tenaga kerja. Haaaaaaaaaaaaaaa.
***
Juga ada yang mengeluh bahwa walaupun lulusan Telkom tidak diragukan kemampuan teknisnya, punya kelemahan di sisi psikologisnya. Mengatasi hal ini, menurut pihak TU, kini asrama yang disediakan untuk 2500an mahasiswa baru, sudah sepaket dengan kegiatan rutin peningkatan kemampuan hubungan antarmanusia dan kesiapan dunia kerja, katanya (yakin bukan plonco?)
Nah apakah kepercayaan diri untuk menggunakan jati diri kebudayaan sendiri termasuk bahasa asli atau yang dilokalkan, tidak termasuk dalam kegiatan itu? (Masih jengkel sama nama baru dan presentasi yang penuh bahasa londo hihihi.)
***
Oh ya, untuk program beasiswa jalur unggulan ada dibuka setiap bulan Maret tuh, bagi yang berminat.
***
Yang lucu adalah ketika mereka menyatakan bahwa walaupun kini telah berinduk ke Kemdiknas, bukan sebagai sekolah dinas di bawah Kemkominfo lagi, tapi mereka bertahan untuk tetap menjadi swasta, tanpa mengindahkan tawaran Pemda maupun Kemdiknas untuk beralih menjadi negeri. Guru-guru BK utusan SMA/SMK bersorak sorai, pertahankan saja sebagai swasta, soalnya universitas negeri tidak ada yang pernah mengundang kami diseminasi seperti ini (oooh ya? Kasihan juga atuh ya, pada kamarana eta nu negeri).
***
Mendukung MP3EI (kenapa nggak sebut MP3KI, MP3LI dan MP3 lainnya sekalian ya?) sasaran usahanya adalah Telematika, Pariwisata, Tekstil (kriya, bukan teknologinya biar ngga saingan sama IT Tekstil katanya) daaan... Pertambangan Energi, karena kebutuhan menambah nilai ekspor minerba melalui pengolahan, sebagai kekayaan alam Indonesia yang menjanjikan (Eeeeh? Yakin tuh cadangan masih tersisa begitu mahasiswanya berlulusan nanti? Secara kebijakan baru pemerintah memutuskan untuk tetap mengobralnya mentah-mentah saat ini juga?)
***
Faktor gegar budaya ini memang sungguh menyedihkan. Yang jelas, Dikti dan Kemhukham tidak mungkin mengizinkan lembaga bernama asing. Pasti nama resmi di akta notarisnya tetap "Universitas Telkom", sedangkan sebutan gaulnya ngga jauh-jauh dari "Untel".