Minggu, 30 Mei 2010

Lucky Luke dan Rokok

Lucky Luke adalah cinta pertama saya terhadap tokoh komik. Sayangnya segera kandas terpatahkan oleh nasihat orang-orang di sekitar bahwa dia bukan contoh yang baik, secara perokok berat dan menggunakan senjata api sembarangan, hiks.
luckyluke jean dujardinWaktu itu saya juga sudah kenal Tintin, Asterix, dan beberapa tokoh lokal lainnya (Si Buta, Mandala, dll), tapi tentu yang masuk kesan "kereeen" bagi balita saat itu, ya citra koboi kita semacam "Shane" inilah, semasa belum ada "Brokeback Mountain"...

Setelah menonton animasi 2D-nya yang cukup apik,
Tous à l'Ouest: Une aventure de Lucky Luke (2007),
saya benar-benar ketinggalan berita, entahlah karena sedang sibuk memuja One Piece, mencaci maki DB Evolution, atau mengunduh bajakan komik amerika demi menghemat uang jajan. Makanya sangat kaget bercampur takjub melihat judul ini sedang diputar di bioskop Blitzmegaplex. FILM ORANG!

http://www.lucky-luke-le-film.com/

Bintang 1: Kampanye Antirokok


Menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia, film ini adalah sarana yang cukup tepat, karena Morris sang pengarang komiknya juga pernah mendapat penghargaan dalam peluncuran pertama World No Tobacco Day oleh WHO tahun 1988 karena keputusannya menghentikan kebiasaan merokok sang tokoh setelah sekian puluh tahun batangan tembakau itu menjadi jati diri yang tak terpisahkan, demi teladan bagi pembaca anak-anak (walaupun mungkin itu hanya strategi untuk menembus pasar Amerika yang sangat ketat dalam sensor rokok... tapi kenapa justru kebiasaannya bermain senjata api tidak diwaspadai siapa tahu akan ditiru anak-anak???)

Ketika film ini dimulai, sang jagoan kita sudah mengulum batang alang-alang dan menggunakan "a-pache" sebagai terapi berhenti merokok, walaupun masih belum menghentikan kebiasaannya melinting untuk menenangkan diri.
(Namun namanya film komedi, jangan lewatkan sindiran apa yang akan terjadi dengan batang alang-alang yang biasa ia kunyah, dan tunggulah kejutan pada end-creditnya...)

luckylukejeandujardin

Bintang 2: Busana dan Latar


Suasana Wild-wild West cukup terasa di tengah padang-padang terbentang ini.
Warna pakaian yang dikenakan juga sesuai komiknya, celana jins biru, sepatu bot cokelat, kemeja tangan panjang kuning, rompi kulit hitam, topi putih, syal merah... Tampak sangat meyakinkan dari jenis bahan, sedikit kucel, sobek dan bolong-bolong, lusuh karena tidak diganti-ganti, sesuai gaya hidup di masa itu. Walaupun dagunya tidak klimis, yang pasti jambulnya bisa persis komik.
Apalagi bila dibandingkan dengan adaptasi film sebelumnya, versi Terence Hill (1991) yang sama sekali tidak sesuai gambar, dan versi Til Schweiger yang muncul sekilas sebagai pemeran sampingan dalam film konyol Les Dalton (2004), yang walaupun orangnya tercukur rapi tapi busananya tampak seperti kostum boneka.
Mungkin inilah film pertama yang benar-benar pas dalam menampilkan desain grafis komiknya ke dunia manusia.

Bintang 3: Sisi Kemanusiaan


Tentunya wajar jika ada perbedaan yang khas antara film dan daftar komik yang dilibatkan. Dan kali ini yang ditampilkan cukup membuat saya merasa gegar budaya. Tapi anggap saja sesungguhnya mereka dua hal yang terpisah. Kali ini, yang kita temui bukanlah lagi Lucky Luke yang kalem, misterius dan selalu menguasai situasi. Kita akan menemui Lucky Luke yang cemas, masa lalu dan nama aslinya tersingkap, dan ternyata tidak pernah memotong kuku.
Dia lahir dari ayah petani, ibu pribumi. Dia gemar mengoleksi medali penghargaan di seluruh pelosok amerika, tapi akan tega membuang yang sama dengan yang sudah dia punya. Misi kepresidenan mengawal perintisan rel kereta api menyeretnya kembali ke kota kelahirannya, Daisy, berhadapan dengan gembong preman Pat Poker. Namun suatu peristiwa yang membangkitkan trauma membuatnya galau, menggantungkan senjata, mempertimbangkan untuk pensiun dari kegiatan kepahlawanan, mulai membangun rumah tangga dan kabur ke Eropa jadi komikus. Halah!



Tokoh Sejarah


Sebagai tribut terhadap Goscinny, pengarang Lucky Luke di zaman keemasannya, yang sangat terperinci dalam memparodikan tokoh sejarah, rekanan Lucky dari beberapa jilid berbeda tampil sekaligus. Sempat-sempatnya ia main mata dengan Belle Starr yang menjadi bintang kabaret di sana. Calamity Jane teman tapi mesra dan Jesse James sang musuh bebuyutan, terpaksa sama-sama turun tangan menegakkan hukum di kota Daisy. Billy the Kid pun ikut-ikutan bergabung karena merasa tersaingi.
Mereka kira-kira memang hidup di masa yang sama, pertengahan abad 19 di sekitar Missouri, namun belum tentu berjumpa di kehidupan nyata. Malah Belle yang kalau tidak salah aslinya satu geng dengan Jesse tidak tampak mengenal satu sama lain di sini.

Antara Perempuan dan Kuda


Lucky Luke yang biasanya "got nothing against women, but wave them all goodbye" akhirnya sempat punya pacar yang mengejar-ngejar dia sejak kecil! Sudah uzur? (Oh ya, pemeran Belle di sini adalah istri dari pemeran Lucky di kehidupan nyata, pentingkah trivia ini?)
Film ini juga menampilkan kekerasan terhadap perempuan, yang anehnya tidak ditanggapi dengan acuh oleh sang korban.
Perlakuan Lucky terhadap perempuan sekonyol perlakuan terhadap kudanya tersayang yang setia dan pandai bicara, Jolly Jumper.

Tapi memang pada dasarnya ini adalah cerita lucu-lucuan. Dan setelah muak melihat berbagai film berbagai etnis yang diamerikanisasi ataupun didisneyisasi, sebagai film berlatar amerika yang diperancisisasi (???), segala kejanggalan yang mungkin ada dalam film ini bisa segera saya abaikan dengan hati lapang.

Trailer-trailer:


Lain-lain tentang Bang Lucky, dan tak lupa juga tentang rokok:

Minggu, 02 Mei 2010

3G vs. 3 Idiots: kaum insinyur sedunia, ber-3-lah!

Dua film yang beredar di Indonesia awal tahun ini, kebetulan sama-sama mengambil tema seputar kehidupan mahasiswa teknik: Institut Teknologi (Bandung vs. India).
Satu film lokal "yang sedang-sedang saja", serba kepalang canggung, diproduksi sebagai nostalgia kebanggaan almamater.
Satu lagi film khas Bollywood yang "sungguh terlalu-terlalu-terlalu" lebay pangkat tiga, namun mengusung kritik tajam terhadap sistem pendidikan yang mengutamakan persaingan nilai.

3G -Bahwa Cinta itu Ada- (2010)


http://www.3g-cinta.com
Diangkat dari sejilid buku garing (Gading-gading Ganesha) karya dosen bisnis, memperingati 50 tahun ITB secara birokratis dengan penuh titipan politis, film ini perlu ditonton setidaknya oleh para alumni demi mendukung industri kreatif yang masih merangkak tertatih-tatih. Tampil dengan keseharian rutin mahasiswa di kampus, berlatar sudut-sudut kota Bandung awal dekade 1980-an, kemudian menyorot kesuksesan para tokohnya 20 tahun ke depan, dengan sentuhan musik khas nusantara dan tutur pedalang.

3G-gading2ganesha

3 Idiots - थ्री इडीयट्स (2009)


http://idiotsacademy.zapak.com/idiotsmain.php
Berdasarkan pada buku karya insinyur IIT Delhi, Five Points Someone, film ini dimodifikasi dengan semua adegan dangdut yang mungkin ada, melankolis tragis tapi tetap ceria, penuh kebetulan-kebetulan seakan Deus Ex Machina... Lengkap dengan tarian nyanyian norak, dua upacara pemakaman, dua upacara pernikahan yang dikacaukan, dua rawat inap di rumah sakit, dan satu persalinan darurat.
Salah seorang penutur cerita menyatakan bahwa ia lahir tahun 1978, berarti kira-kira tokoh-tokohnya seangkatan saya.
3 idiots

Perbandingan, Persamaan, Perbedaan



    Alur kilas balik:
  • Dikemas dalam kisah perjalanan (mencari vs. menemui) seorang teman lama, mengenang masa muda sambil melintasi pemandangan indah di pelosok negara masing-masing (Sawahlunto vs. Shimla-Ladakh).

  • Bhinneka Tunggal Ika:
  • Tokoh-tokohnya tampak bercampur dari latar belakang yang berbeda (asal-usul dari Siantar/Padang/Jakarta/Ciamis/Trenggalek/Madura vs. adat agama Hindu/Islam/Buddha{?})


  • Sistem kasta:
  • Sampai akhir 3G, tetap ada kesenjangan gaya hidup antara anak-anak kota yang bisa dapat kos di tempat elit, dengan empat kurcaci yang mengontrak satu petakan beramai-ramai. Sebuah jurang yang lebar, tak juga terjembatani oleh sistem pendidikan... maupun cinta.
  • Setidaknya di 3 Idiots kasta lebur dalam kehidupan asrama dan perploncoan yang menggelikan, walaupun lalu memunculkan "sistem kasta" baru berdasarkan peringkat nilai.
    (hmmm adegan perploncoan tak ada di 3G, kenapa ya.)

  • Pemuda kritis:
  • 3G terbebas dari tahap olok-olokan tak sopan terhadap "golongan tua" (dosen, orang tua dkk) ini, mungkin karena para penyusunnya (alumni ITB angkatan 80-an) rata-rata sudah mencapai kedudukan/jabatan tersebut sehingga tidak hendak "menepuk air di dulang". Ada demo yang segera surut, dan sedikit sindiran terhadap pemerintah secara luas.
  • 3 Idiots berisi cemoohan habis-habisan "golongan tua" terfokus kepada apa yang ada di hadapannya, yaitu tirani pendidikan kampus yang terpatok pada nilai sehingga mengesampingkan sisi kemanusiaan, namun sampai melakukan tindakan ekstrim yang tergolong pelanggaran wilayah pribadi, vandalisme, kriminal yang tidak patut. Pembenaran terhadap joki gelar?

  • Kondangan Makan Gratis:
  • Yang unik adalah, 3G sengaja menghapus satu adegan di buku mungkin supaya tidak ditiru, sementara 3 Idiots justru malah menambahkannya sebagai elemen cerita yang cukup vital. Adegan tentang usaha perbaikan gizi ke upacara pernikahan dengan hanya bermodal amplop kosong dan seragam pesta (kemeja batik vs. sorban merah jambu norak ituuuh).
    *Mahasiswa Asia sebelah manapun sama saja kelakuannya, ya*.



  • Para pembelot jurusan:
  • Kedua film menggambarkan orang-orang yang harus membelot ketika mengetahui dunianya tidak di jalur insinyur. Mereka tetap berusaha lulus pas-pasan, kemudian sukses menekuni karier di bidang hobi (musik vs. fotografi).
  • Tapi tidak ada pengaruh *ekstrakurikuler* terhadap nasib para mahasiswa ini. Dalam buku 3G, disebut sepintas lalu siapa masuk klub mana, namun tidak diperinci. Dalam 3 Idiots kehidupan mereka terkuras pada pengejaran nilai, sehingga hobi dilakukan sendirian di waktu senggang, tidak berkembang di lingkungan sesama teman kampus.

  • Agama dan Ibadah:
  • 3G meletakkan nuansa keagamaan pada ranah pribadi. Padahal tahun tersebut seharusnya cukup kental dengan gerakan Islamisasi kampus, ataupun agama lainnya. Namun mungkin semangat toleransi membuatnya memilih bersikap netral agar tidak menyinggung siapa pun.
    Kalau seorang alumni berdosa, bukan takut Tuhan, tapi "mencoreng nama baik almamater!!!"
  • 3 Idiots tampil dengan tokoh berbagai macam agama, yang dituduh akan terlupakan dalam setahun berkuliah, tapi kemudian membuat pernyataan: "tak perlu meminta macam-macam dalam doa, cukup berterima kasih kepada Tuhan karena hidup saja merupakan anugerah terindah". Oh
    bahkan tokoh utamanya merumuskan mantera/dzikir sendiri:
    Sebut AAL IZZ WELL tiga kali!!!

  • Penanggulangan putus asa:
  • 3G, tampil sebagai teladan memandang hidup lebih positif. Tidak ada tokoh yang diperlihatkan sampai bunuh diri hanya karena kegagalan akademis. Cukuplah terjun ke lapangan mengambil alih usaha (dan putri) MERTUA.
  • 3 Idiots, di sela humor heboh, mengambil jalur terapi kejut dengan mencatat tiga kasus bunuh diri, dilakukan oleh orang yang menghadapi tenggat waktu TA, ancaman dikeluarkan, maupun ujian masuk. Mungkin memang kasus seperti ini dianggap perlu mendapat perhatian khusus.


  • Alumni Sukses:
  • 3G menyeret nama-nama besar lulusan ITB yang berhasil wirausaha ataupun naik ke tampuk-tampuk kepemimpinan, tanpa ada yang dijadikan teladan contoh dikutip biografinya. Tokoh utama hanyalah alumni rata-rata yang tidak istimewa: yang pintar jadi profesor, yang pas-pasan pegawai kantor, yang bodoh jadi pedagang.
  • 3 Idiots di lain pihak menyatakan bahwa lulusan ICE terbaik sudah jelas jalan hidupnya: mereka akan meneruskan ke MBA lalu direkrut kerja ke Amerika. Dan itulah yang dikecam oleh para tokoh utama kita di sini.

  • Telekonferens:
  • Adegan awal 3G adalah berkerubungnya lima sahabat di depan layar menemui seorang lagi sahabat lama yang dengan sombongnya mengumumkan rencana masa depan. Terobosan teknologi yang menakjubkan bagi angkatan 80an, yang pasti kebanyakan masih gaptek sampai sekarang.
  • Klimaks 3 Idiots adalah proses persalinan aneh, yang terpaksa dilaksanakan oleh mahasiswa mesin dengan instruksi mahasiswa kedokteran melalui webcam sinyal wifi, dan mempelajari simulasi konyol melalui YouTube! Sesuatu yang semestinya belum ada di masa mereka kuliah, jika benar seangkatan saya.

  • Pemeran Bangkotan:
  • Dalam 3G, para pemeran berusia sekitar 27-35an, secara gaya, tampang, gerak-gerik masih cukup imut sebagai remaja 18an. Tapi gagal total ketika mulai melafalkan naskah: mereka tampak tidak yakin terhadap makna kata-kata mutiara yang mereka ucapkan (yang memang meragukan). Apalagi ketika mereka kemudian harus tampil berusia setengah baya, semakin tampak kurang matang.
  • Sutradara 3 Idiots nekad memilih pemeran "tua" usia 40an, sehingga mereka sanggup mantap menghayati filosofinya. Cukup kuruskan tubuh dan rias wajah, selebihnya serahkan pada efek visual, voila, beralih rupa sebagai pemuda culun
    (toh mahasiswa India rata-rata bertampang boros!)



  • Emansisapi di Dunia Insinyur


  • Di dunia 3G, ada tokoh utama perempuan insinyur, cerdas, cantik, dan berasal dari Padang. Tapi dia jual mahal, punya ketertarikan khusus terhadap lelaki yang dianggap berderajat "lebih rendah" (lebih muda/miskin/jelek/bodoh?) daripadanya. Semakin jatuh derajat sang lelaki (mis. pincang) sesungguhnya itu hanya menambah ketertarikannya (jadi ingat Jane Eyre). Oookey, apakah itu cinta sejati, atau obsesi untuk mewujudkan *apa yang dia pandang sebagai* cinta sejati???

  • Dunia 3 Idiots hitam-putih dalam hal pengarusutamaan gender. Yang menjadi insinyur hanyalah lelaki. Perempuan pastilah jadi dokter yang siap dinikahkan dengan insinyur yang sukses kaya, dan itu belum tentu cinta, boleh jadi sekadar alat untuk meningkatkan derajat dalam pandangan orang banyak.

  • Sebagai satu dari segelintir perempuan langka yang mengecap pendidikan insinyur, memang kasus ini juga saya alami sendiri.
    Mendiknas RI menyatakan bahwa beliau dulu sempat membuka PMDK khusus untuk MAHASISWI jurusan teknik mesin, sekadar siasat jitu memicu mahasiswa kucel agar RAJIN MANDI!!! Gaaaaah...


  • Si Jenius


  • Apa yang bisa dicapai oleh lulusan terbaik ITB? Menurut 3G, hanya suatu semangat baru eksploatasi sumber daya alam alternatif, yang masih tergantung pada kerja sama dengan pihak akademisi dari negara penjajah. Ahahahahha.
  • Tokoh yang digambarkan paling pintar ceritanya adalah yang paling kampungan, pendiam, kalem, tapi bisa menyelesaikan soal-soal rumus tersulit dengan tangkas dan cekatan.
  • Kasih tak sampai karena minder terhadap cewek independen (juga gara-gara diwanti-wanti emak dan segan ke teman). Akhirnya dia menyia-nyiakan pacar pelampiasannya di kota demi dinikahkan dengan saudara sepupu di kampung.
    (Yang jelas, dialog dengan sang calon istri di buku pantas saya lempari tomat, untunglah dalam film diganti konteksnya.)
  • Dan beberapa tahun kemudian dia bertemu kembali dengan kecengan lama, OMG WTH DNA the old flame is still there!?? Ahaha Ariyo Wahab berhasil jadi tokoh yang itebeh banget...

  • Di lain pihak, 3 Idiots berhasil menampilkan insinyur ideal, yang ahli mencipta, bisa mencari jalan keluar dari masalah yang rumit dan mendesak, punya banyak paten, dan mendirikan sekolah kreatif untuk mendidik anak-anak menjadi MacGyver atau Master Keaton (yang dua ini sih bukan insinyur: satu ahli fisika terapan, satu lagi arkeolog, tapi siapa lagi dong insinyur yang bisa jadi teladan?)
  • Tokoh utamanya ini fenomena yang aneh bin ajaib, sudah mah ganteng, baik hati, setia kawan, cerdas teliti, inovatif pula. Tapi secara dia banyak mengkritik sistem perkuliahan kampus, apakah kehebatannya ini hasil didikan orang tua yang berasal dari ***sensor***, atau memang dia terlahir sebagai malaikat?
  • Sayangnya dalam urusan cinta, walaupun blak-blakan memberi perhatian terhadap gadis yang ditaksirnya, dia baru berani menyatakan cinta demi memenangkan taruhan dan menjadi teladan bagi teman-temannya.
  • Lalu karena satu dan lain hal menyia-nyiakan sang gadis tanpa kabar selama sekian tahun, hanya menyimpan helm kenangan, tenteram di kampung menunggu dikejar dengan skuter. GEEEH
    Tipikal calon profesor pikun. Untung cakep si Aamir Khan, ya.

macgyver...
Hmmmmm, kayaknya saya mau cerita tentang sistem pendidikan keinsinyuran, tapi kok malah terjebak ngomongin gombal-gombalan cinta dan perjuangan nasib perempuan lagi yak.
Yang jelas belum dapat dipastikan, siapa yang bisa duluan di antara insinyur Indonesia dan India, mencanangkan perngumuman semacam Anthony E. Stark...
"I have successfully privatized World Peace!!!"


Yah daripada 3G yang terasa hanya setengah hati menawarkan solusi (dan mungkin juga sudah tidak beredar lagi di bioskop) tentu mendingan film-film itebeh lain yang lebih jelas arahnya seperti
JomBlo (mahasiswa sipil yang lebih repot cari pacar daripada kuliah) atau cin(T)a (mahasiswa arsitektur yang sibuk mengklaim Tuhan, mumpung sudah keluar DVDnya)...

Atau film terbaru Deddy Mizwar "Alangkah Lucunya (Negeri Ini)", usaha para sarjana memecahkan masalah kronis kemiskinan.
Sayangnya karena mereka bukan insinyur, tidak sempat saya bahas di sini. (Silakan tonton sendiri, dijamin tidak rugi...)

Ada lagi bagi perempuan lajang usia 30-an yang mungkin berminat mengejar insinyur, bisa sekalian menonton pameran angkutan kota Thailand di รถไฟฟ้า..มาหานะเธอ (BTS: Bangkok Traffic love Story)... Moral cerita ini, rusakkan peralatan canggih di sekitar sang insinyur, itu bisa membuka peluang pedekate, asalkan mereka nggak bete; tabahlah ditinggal-tinggal pergi; gunakanlah angkutan kota; dan bersiaplah menyesuaikan jadwal kerja yang tidak biasa, hohoho hoho.

Bagaimanapun juga film 3 Idiots sangat layak tonton di bioskop, mumpung masih ada di Blitz, atau bisa diakses di YouTube...
Film ini akan membuat kalian pulang dengan mata sembap tapi cengar-cengir sambil berjoged-joged, kemudian bersenandung lirih,
"Give me some sunshine, give me some rain... ♫♪
Give me another chance, I wanna grow up once again... ♪♪♫
naa naa nanana, nananana... "