Minggu, 28 Maret 2010

Tugu Jemuran Terendam Comberan

For friends who love strolling around Bandung, we recommend you to visit this glorious landmark, at the elite intersection of the Jalan Pahlawan and Surapati - Hasan Mustafa (a.k.a. Suci, the primary artery road of Bandung). Emerged around new year 2010, its existence has since been competing with the statue of the notorious Barry Soetoro boy at Menteng Park.

But this monument is a lot more valuable so that it is heavily guarded by a police post and surrounded by strong barbed wire. No common people allowed to go near enough to touch it, so there are some assumptions that it's built from a very precious material that is rarely found on earth. It is also that important to replace some shading trees with tasteless garden and shove away creative public space for street musicians to make room for this thing.

There's no written explanation anywhere around the monument regarding the symbols that the local government or the unknown mysterious artist intended to display. Some debates already spread around among the citizens of Bandung about what this monument stands for and what kind of meaning or interpretation is to be communicated to the society through its unique shape. So there are some possibilities on how it is called.

(a) Monumen Cucian (Laundry)
(b) Monumen Jemuran (Hang & Dry)
(c) Monumen Kelantangan (The Bleach)
(d) Monumen Baju Loakan (Second-hand)
(e) Monumen Terendam Comberan (Submerged in Sewer)
(f) Monumen Korban Banjir (Flood Casualty)
(g) ...

You can suggest what title is most appropriate for this monument. We might even make a poll for it.

So, don't miss taking your photos with this important landmark of Bandung, before some people become sane enough to tear it down.

Dikirim oleh Kanti pada 27 Maret 2010


Bagi kawan-kawan yang gemar berjalan-jalan seputar Bandung, kami menganjurkan untuk menyambangi tugu megah ini, di perempatan teras Jalan Pahlawan dan Surapati - Hasan Mustafa (alias Suci, jalan arteri primer Bandung). Muncul di sekitar tahun baru 2010, keberadaannya telah menyaingi patung tenar bocah Barry Soetoro yang baru digusur dari Taman Menteng.

Namun, monumen ini jauh lebih bernilai sehingga diberi pengamanan penuh oleh pos polisi di sebelahnya dan dikelilingi oleh kawat berduri yang sangat kuat. Tidak ada khalayak umum yang diizinkan menyentuhnya, sampai beredar dugaan bahwa tugu keren ini dibangun dengan bahan amat berharga yang jarang ditemukan di bumi. Betapa pentingnya mengganti pohon peneduh dengan taman tak berselera dan menggusur ruang publik kreatif bagi pengamen demi memberi tempat bagi benda ini.

Tidak ada penjelasan tertulis di mana pun sekitarnya terkait perlambangan yang dimaksudkan oleh pemerintah daerah ataupun seniman misterius yang menciptakannya. Beberapa debat telah beredar di kalangan warga Bandung tentang untuk apa monumen ini didirikan serta apa makna atau penafsiran yang ingin disampaikan kepada masyarakat melalui keunikan bentuknya. Ada beberapa pilihan panggilan yang telah tersaring:

(a) Monumen Cucian (Laundry)
(b) Monumen Jemuran (Hang & Dry)
(c) Monumen Kelantangan (The Bleach)
(d) Monumen Baju Loakan (Second-hand)
(e) Monumen Terendam Comberan (Submerged in Sewer)
(f) Monumen Korban Banjir (Flood Casualty)
(g) ...

Anda dapat mengusulkan judul apa yang paling tepat bagi monumen ini. Kita akan mengumpulkan suara terbanyak. Jadi, jangan ketinggalan mengambil foto dengan tugu penting Bandung ini, sebelum datang orang yang cukup waras untuk membongkarnya.


Jumat, 19 Maret 2010

Kisah Kain Pengantin 「乙嫁語り・布支度」

Mengunduh episode sepuluh Otoyomegatari karya Mori Kaoru, tiba-tiba bangkitlah kembali rangkaian kenangan masa lalu.

persiapan kain pengantin
"Trousseau" - scanlation read online chapter 10 (via MangaReader)


Suatu sore yang cerah ketika menghabiskan liburan di Indonesia dengan mampir nongkrong di pelataran LFM-ITB, Bang Tegar pentolan kineklub saat itu menyodorkan kepada saya sebuah kaset VHS berisi film dokumenter berbahasa Jepang. Katanya ini adalah jatah pembagian dari Departemen Penerangan untuk unit kegiatan mahasiswa.

Isi film hitam-putih itu mengenai suatu desa di pelosok Jawa yang mandiri dalam memproduksi kain batik, mulai dari menanam kapas dan nila, memintal benang, menenun kain, merancang gambarnya, mencanting dan mencelup, sampai menjadi siap pakai. Masing-masing anak gadis melakukan hal itu sendiri, untuk kemudian dipakai sendiri sebagai kain pengantin mereka.

Semangat yang seirama dengan adegan menyulam yang saya baca dalam manga di atas. Hmmm sejak kapankah semangat mengerjakan keterampilan hastakarya seperti itu mulai luntur di kebudayaan kita, tereduksi menjadi selera untuk sekadar "berbelanja" pilih sana-sini tunjuk sana-sini pesan sana-sini tahu beres dan bayar dengan uang?

pola-pola sulam jalur sutra

Menurut kabar berita, tante-tante saya masih rajin menyulam selendang pengantin mereka masing-masing. Ibu saya sendiri tidak, tampaknya sih bukan karena sudah termodernisasikan atau kenapa, melainkan karena kepepet tidak punya uang modal membeli benangnya, hihihi. Lalu bagaimana dengan saya? Setelah menonton film dokumenter itu terpikir juga untuk melakukannya tapi tidak pernah sempat. Seandainya memulai sekarang, mungkin tidak akan keburu waktu, huh. Yang jelas, saya ingiiiiiiin sekali bisa membuat komik kebudayaan Indonesia seperti buku ini. Atau kalau ada siapa pun juga yang bersedia, saya berjanji akan mendukung sekuat tenaga... :p

otoyomegatari

Otoyomegatari (Kisah Pengantin Muda)



Saat adik sepupu menyodorkan Emma, romantika "maid" Inggris abad 19, saya hanya memandang sebelah mata pada Mori Kaoru. Okelah, renda-renda dan pita-pitanya digambar dengan indah, tapi bukankah alur novel-novel Jane Austen, bahkan drama Shakespeare sekian abad sebelumnya, jauh lebih rumit daripada cerita ini. Mana ada manusia yang sesederhana dan sepolos tokoh-tokoh utama manga ini? Raut wajah mereka membosankan. Dan huh, lagi-lagi berlatar belakang Eropa. (Walaupun, diam-diam dalam hati saya mengagumi cara dia menggambar BAJING yang menjadi figuran cerita tersebut.)

Otoyomegatari, dalam hal kesederhanaan dan kepolosan secara garis besar masih sejajar dengan pola pikir dalam "Emma". Namun, entah mengapa, kenyataan bahwa kali ini latar belakang yang diangkat bukan Eropa melainkan Asia Tengah sepanjang jalur sutra, dengan nama-nama tokohnya yang eksotik, adalah suatu daya tarik tersendiri. Berbagai kekeliruan sejarah dan budaya seperti pencampuradukan gaya pakaian, penggunaan busana istimewa dalam kegiatan sehari-hari, menarik panah tanpa pelindung jari (sementara sang pengarang menggambar komik saja jelas-jelas menggunakan pelindung jari), dan kesalahan penafsiran lainnya, semua termaafkan!

penunggang kudaSeorang gadis usia 20 dari suku pemburu yang berpindah-pindah, Amiru Hergal, berjumpa untuk pertama kalinya dengan bujang usia 12 dari suku petani yang menetap, Karluk Ayhan, tepat pada hari upacara pernikahan mereka.
Ada "kesenjangan yang lebih lebar daripada sekadar perbedaan potongan baju", namun mereka tulus berusaha menjembataninya agar pernikahan ini berhasil. Apakah dunia membiarkan?

Episode sebelumnya yang paling menarik bagi saya:
"Jimat" (ep. 2) tentang ukiran kayu...

***

Beberapa contoh keanggunan busana jalur sutra ada di sini:
http://www.chinahush.com/2009/12/06/family-portraits-of-all-56-ethnic-groups-in-china/

Proses Menggambar Manga a la Mori Kaoru (via YouTube)


Ini sudah lama beredar, tapi siapa tahu ada yang belum sempat menonton...


http://natalie.mu/comic/pp/otoyomegatari

  • Saat menggambar sketsa, perhatikan bahan-bahan dengan baik, supaya tidak menyimpang.
  • Jangan terlalu banyak garis dalam sketsa, nanti sulit memberi tinta.
  • Tata letak, besar tokoh, sudut pandang, termasuk balon suara, sudah diputuskan secara terperinci sebelum mulai ditinta.
  • Ketika konsentrasi pada gambar, cenderung hening. Hanya kalau dekat tenggat waktu, terpaksa memutar musik agar tidak panik.
  • Mengerjakan satu bingkai jangan lebih dari 15 menit. Kalau tersangkut di satu bingkai saja gambar itu tak ada artinya.
  • Garis yang digambar, disesuaikan tergantung adegannya.
  • Alat: Pensil cetet 0.3 mm dan 0.5 mm. Untuk penamaan dengan 0.9 mm. Kehitaman 2B agar cukup lunak bisa dihapus dalam sekejap, tidak terlalu diserap oleh kertas.
    Penintaan terutama dengan pena Cabra (Sazhidov), lalu pena bulat. Akhir-akhir ini untuk gambar yang besar menggunakan pena G. Pena kuas untuk sketsa luar. Spidol biasa dengan tiga jenis ketebalan. Tinta gambar Pilot. Sarung tangan yang dipotong jarinya. Gradasi.

meja gambar