Selasa, 16 September 2008

Onigiri di Konbini

Saat-saat perlu bergadang di lab bulan Ramadhan di Jepang, biasanya sekalian saja pulang bersepeda mendekati waktu imsak, dan mampir ke konbini (convenience store, toko kelontong yang buka 24 jam nonstop) yang tersedia di setiap pengkolan jalan.
onizoro Menu yang paling mudah diperoleh, tentu saja, onigiri. Nasi kepal ala Jepang. Eh, tidak mudah-mudah amat, masih perlu diperhatikan juga apakah isinya halal atau tidak, apakah nasinya diberi perekat yang berasal dari lemak babi, apakah rumput lautnya diberi bumbu alkohol, dst. (Halah, repot juga, ya?)

Ternyata, cara membuat onigiri tidak sesederhana yang disangka.
Berikut liputannya.

Nihon no Katachi (Adat-istiadat Jepang):

Onigiri (Nasi Kepal)


TONTON DI http://www.youtube.com/watch?v=CJZuQvmSR2k



  1. Lakukan sekelompok berdua.
  2. Cuci tangan bersih-bersih.
  3. Taburkan garam untuk penyuci. Saat ini, yang penting adalah garam yang melekat di tangan jangan dijatuhkan semua.
  4. Sucikan sendok nasi dengan sake.
  5. Ambil nasi yang baru dimasak dari bakul ke tangan. Jumlah untuk satu porsi idealnya 110 gram, 2300-2500 butir nasi.
  6. Belah udara sebelah kiri-kanan dengan pedang Jepang.
  7. Kepalkan kencang-kencang. Kepalkan sambil diputar.
    Sekali putar 120 derajat, sehingga dalam setiap tiga putaran akan kembali ke posisi semula. Berikan tekanan sebesar 37 kg. Kalau terlalu keras, tidak dapat dimakan, kalau terlalu lembut, akan berantakan. Di Japan Culture Lab, dijual pelatihan memberi tekanan onigiri melalui katalog. Kalau tidak memberi tekanan yang dibutuhkan, akan tersengat listrik. Ini adalah alat latihan yang sangat ampuh.
  8. Sucikan rumput laut dengan api.
  9. Bungkus. Lihat, inilah Onigiri.
    Ada berbagai macam cara membungkus dengan rumput laut.
    - Satu Tangan
    - Rumah
    - Keliling Dunia
    - Hitam Legam
    - Polos
  10. Belahlah udara sebelah kiri-kanan dengan pedang Jepang.
  11. Bungkus dengan pelepah bambu.
  12. Berangkat ke luar.
  13. Makan.
Laksanakan tahapan-tahapan ini tanpa mengeluarkan sepatah katapun.
Bagaimana? Inilah Nasi Kepal Jepang.
***

Dan demikianlah aku menjadi pelanggan *konbini*. Maklumlah, di sana tidak ada kios pinggir jalan. Konbini akan lebih terasa "manusiawi" daripada berbelanja di jidohanbaiki (vending machine) tentunya. Entah mengapa di Indonesia kini model konbini sudah mulai menjamur, walaupun belum 24 jam... Di Circle K kita bisa memperoleh selembar rumput laut gurih untuk dicemil seharga kurang dari 5000 Rupiah, misalnya.
Tapi yang perlu dicatat, hampir semua konbini di Indonesia meratakan halaman depannya dengan semen yang tidak menyerap air, dan menebang pohon yang ada. Sangat tidak ramah lingkungan. Penggersangan terstruktur. Belum lagi alfamart yang berusaha sebisa mungkin mengembalikan recehan dengan permen-permen gak penting yang merusak gigi.