Minggu, 31 Agustus 2008

Shounen Jidai (Masa Muda) 「少年時代」

Lagu jadoel karya Inoue Yousui (kemarin berusia 60) yang dulu kami nyanyikan seangkatan sebelum keberangkatan... Mendengarnya bikin terharu... Walaupun menurut beberapa teman terlalu cengeng :p


井上陽水 「少年時代」

Natsu ga sugi, kaze azami ... 夏が過ぎ 風あざみ
Dare no akogare ni samayou ... 誰のあこがれに さまよう
Aozora ni nokosareta ... 青空に残された
Watashi no kokoro ha natsumoyou ... 私の心は夏模様

Musim panas berlalu, bunga-bunga angin
Mengembara mendambakan siapa
Tertinggal di langit biru
Hatiku masih bersuasana musim panas

Yume ga same, yoru no naka ... 夢が覚め 夜の中
Nagai fuyu ga mado wo tojite ... 永い冬が 窓を閉じて
Yobikaketa mama de ... 呼びかけたままで
Yume ha tsumari, omoide no atosaki ... 夢はつまり 想い出のあとさき

Terbangun dari mimpi di tengah malam
Musim dingin yang panjang menutup jendela
Sambil terus memanggil-manggil
Mimpi itu ternyata adalah penghujung kenangan

Natsu matsuri yoikagari ... 夏まつり 宵かがり
Mune no takanari ni awasete ... 胸のたかなりに あわせて
Hachigatsu ha yume hanabi ... 八月は夢花火
Watashi no kokoro ha natsumoyou ... 私の心は夏模様

Api unggun di perayaan musim panas
Menyesuaikan dengan debaran di dada
Bulan kedelapan adalah kembang api mimpi
Hatiku masih bersuasana musim panas

Me ga samete yume no ato ... 目が覚めて 夢のあと
Nagai kage ga yoru ni nobite ... 長い影が 夜にのびて
Hoshikuzu no sora he ... 星屑の空へ
Yume ha tsumari, omoide no atosaki ... 夢はつまり 想い出のあとさき

Mata terbuka, bangun dari mimpi
Bayangan panjang menjelang malam
Ke langit bertabur debu bintang
Mimpi itu ternyata adalah penghujung kenangan

Natsu ga sugi kaze azami ... 夏が過ぎ 風あざみ
Dare no akogare ni samayou ... 誰のあこがれに さまよう
Hachigatsu ha yume hanabi ... 八月は夢花火
Watashi no kokoro ha natsumoyou ... 私の心は夏模様

Musim panas berlalu, angin berhembus
Mengembara mendambakan siapa
Bulan kedelapan adalah kembang api mimpi
Hatiku masih bersuasana musim panas
***

http://www.youtube.com/v/A6sPmh7HdV8



Soundtrack dari sebuah film anak-anak dengan judul sama (1990), karya Fujiko Fujio (A) (pengarang Doraemon) yang menjadi tugas rangkuman pertama kami waktu belajar bahasa belasan tahun lalu di JF, yahahah benar-benar masa muda tuh...


shounenjidaiMengisahkan seorang anak kota, Shinji (Nobita?) yang mengungsi ke desa di masa perang dunia II.
Dia sangat senang membaca buku cerita, dan ahli menceritakan kembali bacaannya itu kepada teman-temannya.

Selama bersekolah di desa, dia digencet oleh ketua kelasnya, anak petani yang gwanteng, cerdas, jago sumo dan ditakuti oleh anak-anak sekelas, bernama Takeshi (Giant???). Namun di luar kelas, Takeshi juga senang mendengarkan cerita-cerita dia, dan mereka pun bersahabat dan bertualang bersama.
Sementara itu, seorang anak tuan tanah (Suneo??) yang baru sembuh dari sakit, mengadakan gerakan politis untuk menggulingkan sang ketua kelas ini, dengan menyuap anak-anak lain yang berbadan lebih besar (walaupun pengecut) agar mulai mengadakan perlawanan.
Takeshi akhirnya kalah dikeroyok dan menyerahkan jabatannya kepada si anak tuan tanah. Namun setelah itu si ganteng jagoan ini tenggelam dalam kesibukan mengurus ladang keluarga dan adik perempuannya yang kecil (Jaiko?)
Sampai suatu saat perang berakhir, dan Shinji pun harus kembali ke keluarga dan kotanya...

Satu hal yang perlu dipertanyakan:
kaze azami itu apa ya sebenarnya?
kaze wo katachi ni suru azami? sonna mono aru no kana...
azamu kaze? azamu tte nani wo suru koto?
ittai, nannan darou? kaze azami tte...

Jumat, 29 Agustus 2008

Opera Topeng Kaca

Manga Topeng Kaca berlanjut kembali, kini terbit di Bessatsu Hana to Yume nomor 8-11. Seperti biasa manga ini diterbitkan 'hanya' demi kepentingan promosi... Panggung Opera!!!

bessatsuhanatoyume

Opera ini tampil di Saitama 8-24 Agustus, Osaka 29-31 Agustus, Kyushu 5-7 September. Tentu asyik juga melihat bagaimana manga ini tampil dalam format opera. Semua menyanyi, pun! Apalagi, para pemeran yang diperoleh melalui audisi kemarin cukup menarik: Maya yang berasal dari keluarga biasa, diperankan oleh putri pasangan selebritis berusia 24 tahun yang telah lumayan berpengalaman; sementara Ayumi yang seharusnya putri pasangan seleb, adalah gadis biasa 19 tahun yang belum berpengalaman di dunia seni peran, walaupun tampaknya telah dibekali ilmu kesenian yang mencukupi seperti balet klasik.

hayamimasumimayatoayumi

Dulu tahun 1997, sisa-sisa genkou yang semakin terlarut oleh suasana telenovela diluncurkan juga demi meramaikan Drama Seri. Padahal tankoubon yang diterbitkan, sejak edisi dua putri sudah lumayan banyak digambar ulang supaya jadi lebih ringkas dan padat dan tidak terlalu sering mengulang neta. Pada saat dramanya berlanjut ke seri 2, hasil gambar ulang nomor 41 terbit, dan muncul sebagai tankoubon demi meramaikan OVAnya.
Setelah tujuh tahun berlalu dalam sepi, tiba-tiba nomor 42 muncul demi meramaikan panggung Noh Bidadari Merah: sebuah terobosan nyata dalam mengangkat kebudayaan Jepang, cita-cita sang pengarang banget memang, sih. Kini, empat tahun kemudian, demi opera, muncullah lembar-lembar calon nomor 43 (yang oh siapa tahu masih akan berubah lagi pada saat diterbitkan jadi buku). Ceritanya... hmmm, gak perlu spoiler kan?
***

Kalau sudah begini, saya bongkar-bongkar lagi deh satu kardus fotokopian "maboroshi no garakame", ribuan halaman genkou yang sudah terlanjur terbit sia-sia di majalah Hana to Yume, yang telah tersimpan sepuluh tahun di laci saya. Ingin sih menscan-kan, tapi gempor. Dijumlah-jumlah bisa mencapai jilid 48, ceritanya tidak terlalu penting. Tapi menjadi bukti nyata suatu proses berkarya yang terbelah dua antara tuntutan konsumerisme dan pencapaian haute-couture. Barang langka yang sering jadi rebutan orang. Jangan-jangan mahal juga dilelang. Siapa berminat?

Walaupun usahanya untuk menggaet lapisan pembaca masa kini terlihat terlalu memaksa, bagaimanapun juga saya salut terhadap keteguhan Miuchi Suzue untuk memelihara manganya. Pada saat fokus perhatiannya sedang di gerakan keagamaan dan tidak sempat mengolah manga ini dengan serius, daripada membiarkan karya terakhir terbit begitu saja dengan setengah hati antara "ingin cepat berlanjut namun tidak ingin cepat tamat", beliau memilih memeramnya sekian puluh tahun dan mengabaikan jeritan para penggemar (sampai pada titik yang menyadarkan mereka bahwa ada kehidupan lain bagi mereka di luar manga...)

Apalagi ternyata proyek adikarya Bidadari Merah yang digambarkan dalam manga ini sesungguhnya layak dimanfaatkan untuk menelusupkan ide besar Miuchi Suzue sendiri mengenai bentuk keagamaan khas Asia Timur yang beliau anggap paling tepat bagi Jepang: "Perkawinan" antara Buddha dan Shinto. Salah-salah menggambarkan, nanti bisa-bisa malah merusak kepercayaan para pengikutnya.

Siapa tahu, dengan melibatkan diri pada proses produksi format-format lain dari manga ini (drama, animasi, panggung tradisional noh, opera, dll, apa lagi nih yang bakal keluar), beliau memperoleh umpan balik yang dapat digunakan untuk mempermulus alur cerita, dan menghasilkan argumen yang lebih mantap mengenai agama yang beliau idam-idamkan.



Bagi yang penasaran sama komiknya, dapat melipur lara dengan memainkan boneka kertas Maya dan Masumi:
http://homepage2.nifty.com/suzu/doll/doll_1.htm
http://homepage2.nifty.com/suzu/masumidoll/masumidoll_1.htm

Jumat, 15 Agustus 2008

Gajah saja bisa Ingat!!!

思い続けることの辛さより
忘れられたことが恐いのじゃ。。。
フライヤ・クレセント


Seiring dengan kepindahan gerombolan baru ke lantai bawah kandang kami, aku ikut Angsa, teman sebelah kurungan, memulai rutinitas quidditch blitzball bulutangkis bersama mereka.

Minggu I.
Karena masih mengalami krisis sepatu, aku pun nyeker seadanya. Training satu-satunya juga masih dijemur sehabis bersepeda pagi, sehingga aku bercelana kargo. Ternyata ada sosok yang bergaya sama. Wajah yang tak asing di mata. Bukan karena pernah berpapasan di lorong tangga. Kutatap lekat-lekat, namun sama sekali tidak ada tanda-tanda dia mengenalku. Jangan-jangan wajah kodian, kebetulan saja doppelgänger seseorang dari masa lalu. Masa-masa bernyanyi "kebon yang paling indah, hanya kebon kaaami..."

Minggu III.
"Hei, ngomong-ngomong, elo bukannya anak bonbin 97? Ingat gue gak?" Dan entah kenapa aku jadi ber-elo-gue menyapanya.
"Iya. Lho, kamu anak 97 juga gituh?"
"Lah bukan, gue 96, satu angkatan di atas elo. Masa sih, gak ingat gue?"
"... Hmmm... Berarti 'teteh', ya. Nggak ingat, tuh..."
TOWEEEW. "Heeeh! Apa boleh buat. Kita ketemu pas elo lagi sama si Zebra, nongkrong di Sangkar-Eser!"
"Oh. Anak Sangkar-Eser sedikit sih, kebanyakan outsourcing dari Kapea. Teteh anggota Kapea?"
"Tentu! Tapi kan gak ada kaitannya dengan ini! Elo habis itu ke mana jadinya?"
"Ke Eser Tamansari."
"Hweee. Tercapai dong cita-citanya ya. Berarti terus barengan si Zebra? Sama Badak juga dong ya. Harimau dan... Kuda Nil?"
"Iya..."
"..."
"Teteh kenal Macan?"
"Macan, Tutul? Ya kenal lah. Kan anggota KFC. Sama doi sih masih sering nongkrong bareng." Macan Tutul adalah seleb kenalan semua orang, bahkan sempat masuk televisi, sehingga mungkin tak aneh siapa pun mengenalnya.
"Saya kan nyambi jadi perwakilan cabang kandang dia. Dia sering mroyek ke tempat saya."
"Oya? Ngapain, bikin acara kilikitik flora-fauna?"
"Nggak. Proyek Unyil."
"Heee. Unyil kaaah."

Rekan-rekannya yang lain ikut penasaran juga.
"Kamu satu kebon dengan dia?"
"Iya, tapi di kebon kan seangkatan saja ada 400 orang lebih. Beda angkatan pula. Gak bakal hafal satu per satu, atuh."
GEDUBRAGGG.
Dia anggap aku sama rata dengan 400 orang lebih lainnya.
Setelah apa yang kita lewati bersama...


Mungkin ibarat pepatah,
Gajah di belakang Ragunan dikenang-kenang
Kanti di lapangan seberang terlupakan...!!!


Minggu V.

"Pagiii!"
"Pagi..."
"Gimana, masih ingat gue gak?" (Wah salah: harusnya, SUDAH ingatkah lagi padaku?)
"Masih... Ada salam... dari Sapi."
"Sapi? Sapi siapa? Ohhh iya, ikan Sapi-sapi? Ada apa ketemu doi?"
"Kemarin ke rumah."
"Ow, salam balik atuh. Ngapain doi ke sana?"
"Di rumah ada Buntal. Mereka sering main bareng."
"Heee. Ngomong-ngomong kamu kenal Bangkong gak?"
"Bangkong, adik kelas? Tahu sih. Memangnya siapa dia? Adiknya Teteh?"
"Teman olahraga di tempat lain sih. Gue sempat cerita betapa elo gak ingat gue, terus doi bilang doi tahu elo, dan kalau elo gak ingat juga sama doi, doi titip jitakan."
"Kenal muka sih, tapi gak pernah ngobrol."
Ooo... Jadi berarti dia ingat orang yang gak pernah ngobrol sama dia, tapi bisa-bisanya melupakanku. Aku, yang suatu saat pernah berdialog panjang lebar dengannya. Membahas mimpi-mimpi dan janji-janji yang tertunda.

Minggu VII.
"Heheheh... Teteh..."
"Waaa. Ini nih, orang payah. Bagaikan lupa gajah akan kupingnya. Masa satu sangkar, satu tongkrongan, satu kegiatan, satu pergaulan, pernah satu selera, sekarang satu kandang pula, bisa-bisanya melupakan gue. Gue, yang terkenal begini!!!"
"... Berarti lebih terkenal saya dong daripada Teteh, kan Teteh yang kenal saya tapi saya gak ingat Teteh."
"Hah? ... Secara logika, memang begitu ya... Hmmm, ah tapiii, masa sih??? Gak mungkin lah!"
"... heh..."
"... huh..."
"Pasti Teteh curang, duluan masuk sekolah ya, jadi angkatan atas, tapi sebenarnya seumur kan, sama saya."
"Kok bisa menduga demikian? Gue baru masuk sekolahan sesudah elo naik kelas tiga SD, lagiii. Seluruh dunia juga tahu (<-- majas totem pro parte). Memangnya umur elo berapa? Gue 29 setengah."
"Wah, lebih muda dong ya, dia sudah 30 tuh!" yang lain menimpali.
"Halah... Pantesan pikun."
"... Teteh kenal Tapir?"
"Ya iya lah. Kan dulu ketemu elo waktu lagi ada doi juga."
"Wah, aneh juga kok saya gak ingat ya..."
"Ya kan? Aneh, kan?"
"... Jangan-jangan ini Teteh yang menyapa waktu saya ikut lomba dekorasi tong sampah? Waktu itu saya kan menghias sendirian, kelas lain ramai-ramai."
"TONG SAMPAH? Kapan pula gue berurusan dengan tong sampah... Jadi, elo mengasosiasikan GUE dengan TONG SAMPAH?!?" Dan aku pun terjebak untuk mendiskriminasikan tong sampah. Maafkan aku ya, tong sampah.
"Bu- bukan begitu..."
"..."
"..."
***
Teman-teman menertawakan aku. "Gak mutu banget sih kamu pakai bersaing patenar-tenar segala sama dia!"
"Uh, sori ye. Ini bukan lagi soal bersaing sama dia. Ini perbenturan antara narsisisme, egoisme, eksistensi, identitas dan rasa percaya diri!!! Semua tentang aku."
"Padahal di sini malah lebih tenar Angsa yang di sebelahmu kan, daripada kamu."
"Dalam lingkungan satu kandang, iya kali. Tapi ketenaran Angsa dan aku itu beda dimensi. Tenarnya justru sebagai Anak Itik Buruk Rupa. Makanya lebih gak penting lagi untuk dipersaingkan."
"... Memangnya selama di bonbin kamu tenar gituh?"
"Pastinya!"
"Hihihi, ngaku-ngaku sendiri. Lalu alasannya apa tuh, kok bisa geer merasa terkenal?"
"Ada banyak dong. Secara aku ini si Kanti yang Cerdik."
"... Kanti yang Cerdik?"
"Si Kanti yang Cerdik. Penakluk buaya, jerapah dan kura-kura!"
"Bukannya Pencuri Ketimun?"
"... Termasuk juga salah satunya. Kan aku penganut semboyan, IF YOU CAN'T BE FAMOUS, BE INFAMOUS!!!"
"Wuadoooh, apa pula ituuu."
"... Tagline-nya Film 'Sangkar Kematian' (??)..."
"Memangnya kamu masih beredar di bonbin waktu 'Sangkar Kematian' diputar? Gak mungkin!"
***

Bulan berikutnya.
"Teh, ada salam dari Kuda."
"Kuda? Kuda mana lagi? Kuda Sembrani?" (Nama sebenarnya kebetulan beken sebagai judul lagu dari anak nakal Antah-Berantah yang sedang ngetop kemarin ini)
"Kuda-nya Kusir."
Ternyata teman berkemah yang senyum nyengirnya entah kenapa bisa mirip dengan Hillary Swank. Dan dia pun sudah punya keterangan hak milik... "Ow, salam balik atuh. Kayak dah lama juga gak ketemu. Ada bisnis apa sama Kuda?"
"Kan serumah. Sama adiknya juga."
"Wah. Kalau begitu ajak-ajak nongkrong dong sekali-sekali."
"Ngajakin sih tadi, tapi dianya sibuk kayaknya."
"Pastinya. Btw, peredaran elo ternyata di situ-situ juga ya. Padahal elo masih belum ingat ya sama gue?"
"... Kalau gak salah, Teteh ini yang menggambar kucing waktu di bonbin ya?"
"?"
"Gambar anak kucing lagi ngeong sehabis kecemplung got, yang pakai krayon atau pinsil warna itu kan?"
"Pentel oil pastel! Dan elo ingat gambar anak kucing itu?"
"Ingat."
"Jadi, elo bisa ingat gambar gue, tapi gak ingat sama gue?"
"Eheheh... nggak..."
KLONTANGNGNG... PRANG... JEDUGG... JELEGURRR...
Payaaaaaaaaaaah!

Layaknya peribahasa,
Gajah mati meninggalkan belalai gading,
Kanti mati meninggalkan gambar anak kucing.

Sedang mengeong.

Kecemplung got.

*omoitsudzukeru koto no tsurasa yori,
wasurerareta koto ga kowai no ja...
--F.C.

Kamis, 07 Agustus 2008

50 Tahun (Emas) Indonesia-Jepang ・日本インドネシア友好年 2008

Tahun ini telah diresmikan sebagai tahun persahabatan Indonesia-Jepang oleh SBY dan Pangeran Akishino dengan menggoyang angklung, menyambut 50 tahun emas hubungan diplomatik kedua negara. Berbagai perhelatan diselenggarakan baik oleh kedutaan Indonesia di Jepang maupun kedutaan Jepang di Indonesia.
Hubungan diplomatik Indonesia-Jepang kembali dibuka sejak 20 Januari 1958, ditandai dengan pengiriman puluhan mahasiswa Indonesia dengan "beasiswa pampasan perang", yang dalam perjalanannya berganti nama menjadi beasiswa Monbu(kagaku)sho yang telah saya nikmati selama tujuh tahun di Jepang.

Kesan pertama: Logonya norak. Politis, simbolis, namun mengabaikan konsep desain dan estetika. Tidak ada unsur sentuhan seni-budaya khas masing-masing negara di dalamnya. Jenis lambang yang pantas diadukan dan diajukan kepada KDRI. Coba saja bandingkan dengan, "Deutschland in Japan" dulu, misalnya.

Berdasarkan pengalaman lambang Jerman-Jepang yang kompak dan indah tersebut, saya membayangkan seharusnya lambang ini menggunakan bentuk dasar yin-yang putih-merah, sehingga Sang Saka Merah-Putih terpadu dengan Hinomaru, berjabat erat dan saling mendukung. Sementara angka tahun dibuat seperti tarikan kanji, apalagi kebetulan angka 5 kanji mirip dengan 5 romaji.
Yin-yang dalam kebudayaan Jepang muncul dalam dongeng proses penciptaan Jepang yang dimulai dari pembentukan Pulau Awaji dan Danau Biwa oleh Izanagi dan Izanami.
Kuno kah? Maksa gak, sih?

50tahunemas


Pada kali ini saya berkesempatan mampir di acara pertemuan antarparlemen kedua negara. Dan tahulah apa yang terlintas di pikiran ketika mendengar istilah "parlemen Jepang" dan "tahun persahabatan" masa-masa ini... Yap, Manjoume Inshuu dari Yuumintou (Partai Persahabatan) dan gedung Diet yang dibom dalam 20th Century Boys...

manjoumeinshuu


Sementara dewan perwakilan rakyat RI menampilkan beberapa tokoh utama, salah satunya adalah Prof. DR yang berwajah mirip Sawung Kampret ketika sudah setengah baya dan agak membuncit.

sawungkampret


Wakil rakyat satu ini mengajukan lima agenda ekonomi Indonesia-Jepang yang patut dibahas:
  1. Menggiatkan seluruh hubungan antara pemerintah-swasta-rakyat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi kedua negara;
  2. Investasi luar negeri;
  3. Pasokan energi yang saling memperhatikan kebutuhan masing-masing;
  4. Perdagangan ekspor-impor;
  5. Kerja sama penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
Oh ya, judul diskusi ini adalah "Strengthening Indonesia-Japan Strategic Partnership for the Common Better Future". Wow bahasa Inggris boow. Eeeh ternyata pidato menggunakan bahasa masing-masing dan diseling oleh terjemahannya bergantian oleh juru bahasa profesional Indonesia dan Jepang. Mengapa tidak memasang judul dobel berbahasa Jepang dan Indonesia saja sekalian? Aneh.

parlemen


Seorang lagi wakil rakyat kita menyarankan agar orang Jepang lebih proaktif menggunakan bahasa Inggris agar tercapai saling pengertian dengan orang Indonesia... Walah kok begitu. Bukannya membujuk mereka berbahasa Indonesia sekalian. Apa tidak tahu dia, masing-masing bahasa punya 'rasa' berbeda, dan juga akan membentuk pola pikir tersendiri dengan kelebihan (dan kekurangan) masing-masing. Kalau hubungan kita harus terus bergantung pada bahasa londo(n), kita tidak akan mampu menemukan kebijakan-kebijakan bilateral yang lebih serasi dengan kearifan lokal dan kebutuhan kita berinteraksi antara sesama Asia Timur Raya.

Menurut pihak Jepang, kebijakan peningkatan saling pengertian antara kedua negara telah dikembangkan dengan dibukanya kesempatan bagi 300 ribu pelajar asing untuk belajar di Jepang, didukung dengan standardisasi sekolah-sekolah bahasa Jepang di Indonesia. Kerja sama pemenuhan kebutuhan Jepang akan pengurus panti jompo dan pengasuh bayi juga telah dirintis, dan TKW Indonesia mulai diberangkatkan dalam jumlah yang signifikan... Dan sebuah pertemuan balasan yang mengundang DPR-RI ke parlemen Jepang pun direncanakan dalam jangka waktu dekat (jalan-jalan lagi dong, Pak, Bu...)