Kamis, 27 Januari 2005

Trauma

"Kakak, rumah saya dekat pantai. Saya takut, tsunami datang gak ya. Kalau datang kan bisa tenggelam semua."
".............................."

Hihihi, jadi malu, selama ini aku menyikapi dengan dingin.
Hanya agak terseret histeria kehebatan skala peristiwa itu.
Apalagi setelah memastikan bahwa sahabat-sahabat yang aku kenal terselamatkan, cukup membuatku tenang dan nyaman.

Ternyata trauma tak hanya dialami para korban, melainkan juga orang-orang lain yang terjangkau pemberitaan media massa. Dalam keheningan, mereka gentar membayangkan segala kemungkinan yang akan terjadi.

"Kalau bisa sih saya ingin pindah ke gunung Kak..."
"Wah adik-adik sayang, namanya cobaan dari Allah itu, ke mana pun kita lari menghindar, pasti terkena juga lah. Siapa yang bisa janji kalau gunungnya tidak kena gempa juga dan malah meletus?"
"Iya ya..."
"Tapi jangan takut, kalau berbuat baik selalu, insya Allah dilindungi. Mati pun pasti masuk surga kan? Coba hafalkan saja doa Nabi Musa as ketika menghadapi gempa, QS Al A'raaf 155-156. Mana Quran kalian?"
"Tidak punya, biasanya pinjam di Masjid Baiturrahman Kak."
"Haaa? Itu bukan yang di Aceh kan? Ya sudah nanti cek saja ke sana.

Rabbi lau shi-ta ahlaktahum min qablu wa iyyaaya atuhlikunaa bimaa fa'alassufahaa-u minnaa in hiya ilaa fitnatuka tudhillu bihaa man tasyaa-u watahdii man tasyaa-u anta waliyyunaa faghfirlanaa warhamnaa, wa anta khairul ghaafiriin, waktublanaa fii haadzihiddunyaa hasanataw wafil aakhirati, innaa hudnaa ilaik...
Tuhan, jika Kau kehendaki, tentulah Kau binasakan mereka dan aku sebelum ini. Apakah Kau binasakan kami karena perbuatan orang-orang yang kurang akal di antara kami? Itu semata cobaan dari Kau, dengan itu Kau sesatkan siapa yang Kau kehendaki dan Kau beri petunjuk siapa yang Kau kehendaki. Kaulah pemimpin kami, ampunilah kami, kasihilah kami, dan Kaulah pemberi ampun yang sebaik-baiknya. Dan tetapkanlah untuk kami kebaikan dunia akhirat, sesungguhnya kami telah kembali pada Kau.

Begitulah kira-kira, atau pakai doa-doa memohon keselamatan yang versi lain juga bisa lah, yang rajin berdoa dan belajar, yaaa."




(Dan pada kali itu aku kembali sok alim, tohoho) Posted by Hello




Oya, dapat situs konspirasi teori dari Wildan lfm. Menarik juga.

Jadi terkenang Spriggan (anime yang disupervisori Otomo Katsuhiro sehingga jadi agak sejenis dengan Akira).
Ceritanya, kapal Nabi Nuh yang terdampar di Ararat ternyata merupakan sebuah mesin canggih untuk mengatur cuaca di seluruh muka bumi dan menyimpan beragam sampel plasma nuftah! Huaaaah
dan aku terpana kagum, bisa-bisanya...

Senin, 17 Januari 2005

Sejuta Daya

Petir, fenomena alam yang cukup menarik dan belum terselidiki dengan baik.


Petir muncul sebagai sebuah perlambang kekuasaan dalam berbagai kepercayaan. Zeus alias Jupiter, pemimpin dewa-dewi Yunani-Romawi di Olympia, adalah dewa petir. Bahkan dalam QS 13 ayat 13 pun tercantum:
Dan guruh bertasbih dengan memuji Allah... demikian pula para malaikat karena takut kepada-Nya, dan Allah melepaskan halilintar, lalu menimpakannya kepada siapa yang ia kehendaki, dan mereka berbantah-bantahan tentang Allah, dan Dialah yang paling keras siksaannya.

enerkaminariGod-Ener si manusia petir, dengan daun telinga yang terjulur dan cara tertawanya yang lepas, merupakan salah satu tokoh antagonis kegemaranku dalam One Piece episode pulau langit (25-32). Dari jurus-jurusnya, bermunculanlah semua nama dewa Petir dari aneka peradaban di segenap penjuru dunia. "Mamalagan!" "El Thorrr!" "Amaru!" "Hino!"

Sosoknya dimanfaatkan sang pengarang sebagai pembahas filosofi ilmu kepercayaan:
"Akulah Tuhan."
"Tuhan, adalah semata perwujudan Rasa Takut."

Mungkin dia kehilangan keseimbangan (biasanya raijin dewa petir selalu bersanding dengan fuujin dewa angin, kali ini dia bertingkah sebagai Tuhan Yang Maha Esa) sehingga menjadi otoriter begitu. Dari jurus-jurusnya, bermunculanlah semua nama dewa Petir dari aneka peradaban di segenap penjuru dunia. "Mamalagan!" "El Thorrr!" "Amaru!" "Hino!"
Cerita punya cerita, ternyata ia bisa dikalahkan oleh musuh alami, si Luffy manusia karet. (Hmmm... padahal sebenarnya dalam tegangan tinggi, karet yang semula bersifat isolator, akan berubah menjadi konduktor yang sangat handal...)

enerstandPakaian celana batik parang rusak yang serasi dengan gaya cueknya, mengingatkanku pada Andre. Sambil melangkah gontai ke kuliah bahasa dia berkata ringan: "Lihat, saya pakai Indonesian Pajama."
Teman seangkatan program beasiswa dari Brazil ini pulalah yang berkoar-koar: "Elektro adalah jurusan terhebat di seluruh dunia!" Tapi karena kemalasan yang bertubi-tubi, kuliahnya tampak amburadul...

Sehebat apapun jurusan Elektro seperti dia kata, tetap belum berhasil mengolah energi petir yang sedemikian besar namun sesaat dan acak, dan masih berkutat mengatasi ancaman petir terhadap stabilitas benda-benda elektronik yang menunjang hajat hidup kita.
Mungkin memang aku kurang menghargai jurusan yang aku pilih hanya berdasarkan kepraktisan: karena difavoritkan oleh sebagian besar teman SMAku, sampai mereka berjibaku demi lulus UMPTN ke sana, dan berhasil memenuhi 25% bangku jurusan tersebut. Lumayan kan, cukup banyak stok kenalan yang bisa dimintai contekan... (^_^;
Secercah penyesalan tumbuh ketika menemukan bahwa kebanyakan mahasiswa di situ menganggap bahwa Elektro dengan huruf "o" di akhir kata, merupakan penegasan bahwa kepemilikan jurusan ini terletak pada suku mereka, Jawa... tohohohoho...
Setelah menjelaskan prinsip dasar Wawasan Nusantara untuk kelima kalinya dengan persis sama, Dosen Kewiraan kami, seorang pensiunan ABRI, kakek ompong dengan senyum sangat manis, menceritakan betapa dia bangga mengajar di kelas TPB kami, karena : "Saya jadi tak perlu menerangkan lebih terperinci, soalnya kalian kan anak-anak Elektro: Elek-elek, Maestro! hiehiehie..." Arrrgggh...

Tapi ada di antara teman-teman, yang memang telah tertakdirkan untuk masuk Elektro: Di antaranya, Arrester (perempuan lho ini) arti namanya, penangkal petir... Bahkan ia pun masuk subjur A alias Arus Kuat (sekarang istilahnya sudah berganti: Tenaga Elektrik = Power Engineering, tetap saja angker sih).

Kebetulan pada suatu liburan 1999, sehabis lari pagi, aku tergugah untuk ikut segerombolan cowok-cowok A yang kepergok di kampus, hiking ke Tangkuban Perahu melihat penangkal petir milik PLN di sana.

Hihi, sebagian pakai jaket subjur, sementara sebagian lagi termasuk aku masih mengenakan training angkatan, kayak anak panti asuhan saja.
(Sebelum berangkat, semua orang yang hisashiburi ni kutemui selalu menyapa, "Eh, kok jadi gendut? Tapi tambah putih ya." Dan turun gunung berubah menjadi : "Hai, kamu merah sekali ya..." Gubrag deh. Mungkin krim sunblock memang merupakan benda penting...)
Kembali ke tema semula, selama perjalanan aku sempat berpikir, seandainya dulu terus bertahan di EL, jangan-jangan aku bakal jadi cewek A juga. Tapi tak tahunya sesampainya di kawah, mereka batal mendaki sampai ke penangkal petir, dan memutuskan untuk turun lagi entah karena takut aku lelah, atau selama perjalanan memang menyesuaikan diri denganku, memperlambat langkah (sambil foto-foto pula... yahaha sempat-sempatnya padahal belum pada mandi... sssttt). "Achso, jadi, ini zona cowok. Cewek dilarang masuk, begitu kah?" "Bukan, kita memang berangkat kesiangan karena susah kumpulnya, lagian kan kami ke penangkal petir itu bisa kapan-kapan, tapi kamu cuma bisa ikut hari ini. Wisata saja lah. Kalau kemalaman pulang nanti repot."
Hal yang harus bisa kau eksploitasi di lingkungan cowok, kesempatan dimanja.



Kali ini
pengalaman seorang tokoh berkekuatan supranatural Petir (ah tema yang sudah muncul bahkan di Warkop DKI), diluncurkan Dewi Lestari dalam Supernova 2.2 yang telah tertunda cukup lama. Mencoba memberi makna lain pada pencarian jati diri dan spiritualitas.

Entah karena suasana yang ditangkap itu sangat Bandung, entah karena sedang berusia sepantaran dengan sang tokoh (QLC gitu), alur cerita kali ini terasa lebih asyik (walaupun mungkin lebih ringan) dibandingkan dua sebelumnya.

  • Warnet. Seorang seniorku di SMA, tukang nongkrong brilian yang sebenarnya berminat kuliah Ekonomi, atas tekanan orang tuanya berhasil lulus UMPTN ke EL ITB, drop out karena berontak, lalu tembus lagi ke Fasilkom UI, dan kabur lagi, kabarnya sedang giat menekuni bisnis satu ini. Adikku pun sedang merintis Cikutra Pop usaha semacam ini.
  • Distro. Berjubelnya Factory Outlet dengan desain kreatif di sepanjang Bandung yang membuatku tercengang-cengang ketika pulang liburan, mengundang orang-orang Jakarta untuk selalu berakhir pekan ke Bandung sampai-sampai perlu pengaturan pemda membentuk aliran Wisata FO agar lalulintas bisa berjalan lancar.
  • Bangunan Belanda. Ini bidang adikku, ia sedang mengincar tempat nongkrongnya yang sudah kucel untuk dipermak menjadi studio, sekre PA, atau tempat kursus.
  • Napoleon. Napoleone yang asli, kabarnya pernah memenangkan perang karena armada lawan terkena petir, tapi sayang, tidak dipermasalahkan di buku ini. Kok suka ya, orang tua memberi nama yang hebat-hebat begitu, masih mending kalau cari hoki, tapi kan kehidupannya berakhir tragis... Nama yang hanya disebut sepintas di buku ini (apa gak bakal muncul di episode selanjutnya?), mengingatkanku pada seseorang bernama sama di Tokyo (yang aku gak kenal sih) yang dicemburui oleh seorang teman yang sudah PhD tapi masih krisis PD, karena Napoleon malah lebih laku daripada dia, katanya, dan entah mengapa tak ada angin tak ada hujan, dilaporkan padaku, kurang kerjaan atau kurang bahan pembicaraan saja mungkin... Tapi kalau gak salah, berbeda dengan Bonaparte yang gempal dan tembem, Leo yang satu ini ceking dan tirus. Entah kalau tambah makmur. (Buat yang kenal, harap dikoreksi... Yahahahaha)
  • Cilok. Iya, di Gombong ada cilok, tapi entahlah mengenai aci dicolok. Yang pasti ada, Cinta Lokasi.
Sang tokoh, Elektra, yang namanya (walaupun oleh semua orang disekitarnya dilafalkan dengan kampungan; Etra') akan dengan segera terasosiasikan pada dua tokoh cantik yang mengapit 1999 dan 2005: seorang Bond-girl yang sebenarnya dalang di balik kematian ayahnya sendiri dan mencintai sang penjahat, dan seorang heroine kekasih Daredevil yang berusaha balas dendam pada pembunuh ayahnya. Keduanya punya kesamaan: putri konglomerat.
twine19elektramovie
Namun di antara ketiga tokoh ini, ternyata tak satupun diasosiasikan kepada Electra Complex, penamaan Jung terhadap semacam Oedipus complex versi perempuan yang diajukan oleh Freud. Kalau gak salah (hasil pemahaman kuliah seishinbyorigaku yang bikin linglung itu) kira-kira: Menyimpan kekaguman bahkan rasa cinta kepada ayahanda, dan malah menyalahkan sang ibunda karena dirinya terlahir tidak sebagai lelaki.
Keberadaan gangguan psikologis ini diragukan oleh khalayak ramai (termasuk aku), karena hanya mungkin terjadi dalam lingkungan budaya yang memuja superioritas lelaki di atas perempuan secara berlebihan, dan tidak berlaku dalam keadaan normal ketika perempuan mempunyai hak yang seimbang dengan lelaki. Lain halnya dengan Oedipus Complex yang dalam tingkat ringan bisa timbul karena sebab-sebab yang jauh lebih alami (???)

Hubungan dengan feminisme yang paling dekat, mungkin adalah Electra sebagai nama pesawat yang dipiloti oleh Amelia Earhart, perempuan pertama yang mengelilingi bumi melalui jalur udara, dan menghilang secara tragis di samudra pasifik, sampai timbul rumor: mungkin ia selamat dan membelot jadi mata-mata... Maklum zaman perang dunia.
earhartelectra

Bicara lagi tentang gender, hebat juga lah Indonesia sempat dipimpin oleh perempuan. apa pun pro dan kontranya. Berada di ujung tombak itu melelahkan dan penuh pengorbanan, tahu.
Terlepas dari sosok ayahanda, mungkin mantan Presiden kita juga beruntung dari nama beliau (adik angkatan di EL kabarnya juga ada yang bernama sama!). Karena if you were crossing the t instead of dotting the i, kita akan memperoleh nama satuan listrik yang berarti: Sejuta Daya.

Dan seperti OASIS yang terngiang-ngiang di telinga ketika menghadapi berita-berita pemilu:

She's electric
She's in a family full of eccentrics
She's done things I've never expected
But it was nothing to do with me

And I want you to know
I've got my mind made up now
But I need more time
And I want you to say
Do you know what I'm saying
But I need more
'Cuz I'll be you and you'll be me
There's lots and lots for us to see
Lots and lots for us to do
She is electric
Can I be electric too?



Selamat ulang tahun deh buat Dee dan bu Mega.

Jumat, 14 Januari 2005

Iriomote Yamaneko

ヤマネコ看板Plang di pulau Iriomote, Okinawa Jepang. Pulau terbesar kedua di provinsi ini, terdekat ke Taiwan, penuh hutan bakau, dan yang paling pertama menyambut Taifuu...
Taman nasional paling selatan di Jepang, disebut-sebut sebagai "Galapagos-nya Pasifik".

子育て中Bacaannya, "Hati-hati, Meloncat: Kucing Gunung Iriomote yang Sedang Mengasuh Anak".

Sebagai hewan langka yang dilindungi, setiap peristiwa tabrakan kucing gunung akan menjadi belasungkawa satu propinsi, dan masuk ke dalam agenda gubernuran sebagaimana tercantum di laporan ini...

ヤマネコは気づかないSebagai antisipasi terhadap berseliwerannya mobil dan truk yang mengancam nyawa, maka dipancangkanlah rambu-rambu lalu lintas dalam selang setiap sekianpuluh meter di pinggir jalan raya. Desain beragam sesuai dengan selera pembuatnya, masing-masing berisi kalimat peringatan yang berbeda. Yang satu ini dikarang oleh anak-anak setempat, artinya:
"Kucing Gunung Tidak Bisa Berhati-hati, Pak Pengemudi, Harap Waspada yaa..."

ヤマネコ横断多発中"Awas Banyak Kucing Gunung Menyeberang"

Rambu-rambu ini sangat menarik perhatian wisatawan, sehingga mereka malah sengaja melakukan drive bolak-balik demi menantikan perjumpaan dengan sang kucing gunung. Maka disediakan pulalah cinderamata berupa kaos dan gantungan kunci yang memuat gambar rambu-rambu ini. Bahkan sering ada juga yang tak puas, sehingga nekat mencuri sak tiang-tiangnya dan kena hukuman yang lumayan parah.

ヤマネコバス停Tapi, maklumlah, kucing kan jam bioritmik aktifnya malam hari. Sementara kucing kampung di sekitar RT/RW saja sedemikian susah untuk didekati, apalagi kucing gunung...
Akibatnya yah, kalau jarang ditemui di siang hari, jangan kecewa...

Itulah asal-usul ungkapan "malu-malu kucing", kan?

"Halte Bis Kucing Gunung"


(Ditulis untuk blog Belang Jingga)

Kamis, 13 Januari 2005

Duka Fisika

Turut bela sungkawa atas wafatnya pak Hans Wospakrik. (;_;)
Seorang dosen Fisika jenius yang sopan baik hati dan berpola pikir teratur. Terbukti dalam cara beliau mencatat rapi di papan tulis...
Saya hanya sempat diajari satu semester sebelum kabur, namun cukup menorehkan kekaguman yang luar biasa.
Berita di Kompas

(Berarti ini yang kedua kalinya saya kehilangan guru Fisika, setelah guru galak tapi keren zaman SMA, pak Iskandar Daud.
Mengapa selalu guru Fisika? Fisika, ada apa denganmu???)

Senin, 10 Januari 2005

Tintin, Vol 777 pour Moulinsart

tintin
Tintin alias Kuifje alias タンタン, si wartawan free-lance, tokoh komik awal abad 20 yang rasanya masih tetap up-to-date sampai sekarang, hari ini telah berusia 76 tahun, melampaui usia kehidupan sang pengarang, Georges Remi alias Hergé.
Terbit pertama kali tanggal 10 Januari 1929. Diluncurkan dengan promosi bersemboyan *bacaan untuk usia 7 sampai 77 tahun*...
Berarti tinggal setahun tersisa bagi sang tokoh utama untuk berhak membaca komiknya sendiri! Tohoho (^.^;a
Padahal saya sudah membaca/dibacakan Tintin berulang-ulang sejak balita, jauh sebelum 7 tahun... Lalu bagaimana dengan lansia lewat 77? Nenek saya dari pihak ibu, setelah 83 tahun ternyata belum pikun tuh... Tapi memang beliau kabarnya lebih suka sinetron TintinPan Illahi daripada komik Tintin, sigh...

Tahun lalu, demi memperingati pencapaian tiga perempat abad dalam ketenaran, Tintin dirayakan cukup meriah di seputar Eropa dengan berbagai peristiwa dan pameran.
10euroSampai-sampai Belgia menerbitkan limapuluhribu keping mata uang 10 Euro bergambar kepala si jambul (eits bukan sembarang recehan, kalau dikurskan jadi sekitar 120ribu rupiah lah, tak kuat modal aku untuk mengoleksinya).
Bahkan Coca-Cola pun kabarnya ikut habis-habisan promosi Tintin, agar pembaca bersedia membedakan produknya dari minuman beracun (?) Sani-Cola yang disemburkan Capitaine Haddock ketika singgah di Halim Perdanakusumah Jakarta...

Komik Tintin, lahir dalam pola pikir dan sudut pandang Eropa, tumbuh dan berkembang seiring perluasan wawasan sang pengarang.
Dimulai dari slapstick antipati terhadap komunisme blok timur ketika menyambangi Soviet dalam tugas pertamanya, dan perburuan hewan langka yang sadis dan penuh muatan pelecehan rasial di Congo, yang membuat dua buku ini tidak terbit di beberapa negara termasuk Indonesia (atau apakah sudah terbit juga ya?), sampai kepada sindiran akan buruknya akibat minuman keras, kesadaran alam semesta dalam menghadapi meteorit dan menjejak di bulan jauh lebih dulu daripada Neil Armstrong, serta kebijaksanaan a la Tibet yang didapat melalui pergaulan dengan sahabat karibnya, Chang.
Picaros seakan menggambarkan utopia yang ia angankan untuk diterapkan di dunia: Perjuangan membela keadilan, tanpa kekerasan.

tintinindonesiaNamun sayang, bagi Tintin, Indonesia, di Nusa Tenggara, ternyata hanya sekedar gerbang menuju dunia teknologi makhluk asing, yang kelangkaannya setingkat dengan komodo dan monyet bekantan, pada transit ke Sydney yang gagal.
Islam hanyalah agama polesan yang menutup-nutupi kebusukan mafia candu kepiting bercapit emas di Afrika Utara, dan agama resmi dari raja minyak yang menelantarkan syariah karena asyik bermewah-mewah bergelimang emas hitam, memanjakan putranya, lalu kepayahan menghadapi kudeta.

tokotintin4Sedangkan Jepang, baik sebagai negara maupun perorangan, menjadi musuh besar di le Lotus Bleu. Digambarkan Mitsuhiratou (rasanya sih tak ada nama Jepang betulan yang seperti ini) sebagai antek perdagangan opium di Shanghai. Kemudian bagaimana pemerintah Jepang saat itu memilih mundur dari Liga Bangsa-bangsa demi mempertahankan pendudukan di Cina. Dengan stereotip tersebut dalam otak sang pengarang, kita jadi tak pernah menemukan satu pun petualangan Tintin di Jepang. Tapi di pusat pertokoan Sanjo, Kyoto, ada satu tempat parkir saya yang selalu menyenangkan: toko buku dan cinderamata Tintin, khusus... Orang Jepang memang tabah.

Selain itu, kekurangan (atau mungkin malah nilai lebih?) dari Tintin, adalah bahwa komik ini seakan tidak menjunjung tinggi nilai kekeluargaan dalam hubungan darah. Tokoh-tokoh utamanya digambarkan sebagai bujang lapuk. Mungkin memang karena mereka sebatang kara di tengah kekacauan perang. Tidak terbahas juga kisah cinta, karena mereka terlalu sibuk terserap petualangan ke tempat-tempat jauh (kecuali dalam sebuah episode di Moulinsart yang menampilkan suasana gosip selebritis Castafiore).
Untuk mengisi ketimpangan ini, Herge menerbitkan karya lain: kisah kekonyolan anak-anak Quick et Flupke, kemudian Jo, Zette et Jocko yang menampilkan kakak beradik dari keluarga kompak, ayah ibu yang penuh perhatian, namun fokus cerita petualangannya tetap berlangsung tanpa pengawasan orang tua mereka.

Buku terakhir menjelang wafatnya Herge, Tintin et l'Alph-Art, yang semula (1986) hanya memuat corat-coret sketsa dan skenario sang pengarang, sedikit dilengkapi lagi tahun kemarin (2004) dalam perayaan 75 tahun itu. Buku ini mengirim Tintin bertualang dalam dunia seni modern, avant-garde dan sekte occult. Haddock yang tertekan oleh mimpi buruk fantastis mengenai Iago si burung nuri, dan Tintin menghadapi todongan pistol. Berusaha mengeksplorasi surealisme, mungkin? Hati terbelah dua ketika membaca, antara penasaran, namun juga kesal karena tahu cerita ini takkan pernah selesai untuk selamanya...

Lalu ada juga kabar burung mengenai Le ThermoZéro, sebuah skenario Tintin dari Greg (pengarang Achille Talon yang kemudian memproduksi animasi Tintin et Le Lac aux Requins) yang tidak jadi dikerjakan oleh Hergé, telah digambar ulang oleh Bob de Moor sebagai cerita terbaru petualangan Jo, Zette et Jocko... Kapan terbitnya, yaaa...

Kepada semua pengarang komik dan manga, berjuanglah dengan tekun dan terencana, jangan sampai karyanya ditinggal pergi tanpa ditamatkan... Kasihan pembaca... Hiks hiks hiks..


Agar menjadi periksa:

Jumat, 07 Januari 2005

Umpan Balik...!!!

Gubraggg... Dapat komentar di satu milis:

Kalau bicara tentang gaya bahasa lagi, saya tertarik dengan si bambumuda (dulu pernah dibawakan takenoko-gohan sedap sama sensei nihongo). Tulisan Mbak (?) xoxox ini cowok sekali, karena selama mengikuti milis muslimah dan ummahat, saya tidak pernah menemukan cara merangkai kata dan menyatakan ide seperti ini.


Apakah ini keluhan? Saya juga pernah dipanggil "Pak *****" lima tahun yang lalu, dalam suatu milis gara-gara saya celetuki (ketika saya masih jauuuuh lebih innocent daripada sekarang), padahal jelas-jelas nama saya sangat feminin... Lagi-lagi kejadian...


  • Jangan pernah lagi panggil saya mBak...
    Bukankah dianjurkan memanggil orang dengan sebutan yang dia sukai? Panggillah dengan nama, tanpa embel-embel, agar ketika diucapkan dalam intonasi yang berbeda pun, selama bentuknya tertulis, bisa saya maknai dengan suasana hati yang saya pilih sendiri... tohoho.

  • Saya sebenarnya risih dengan istilah cowok-cewek
    Sebagaimana lidah dan telinga saya juga mengasingkan diri dari elu-gue, lisan maupun tulisan. Efek samping: memasang jarak pada pergaulan, adalah konsekuensi yang nekad saya hadapi. Jadi, kalau dituduh *cowok+... hmmm.

  • Komentar di atas merujuk pada tulisan yang mana?
    Judulnya apa? E-mail, atau isi blog? Dalam kalimat dan pilihan kata yang mana...? Saya rasa sih saya tidak memilah-milah antar media, selalu seadanya saja. Tapi masakah merujuk pada keseluruhan?

  • *Cowok* itu maskulin?
    Setelah sempat bingung curhat sana-sini beberapa saat, saya diwejangi oleh... eeto... seorang Sufu saya dalam menulis, bahwa mungkin yang dimaksud dengan *cowok* adalah gaya rasionalnya, bukan maskulin. Asumsikan saja sebagai pujian, mengingat kebanyakan perempuan lebih mengeksploatasi emosi negatif dalam tulisan, terutama di blog atau buku harian. Tohoho...

  • Perihal lugas, itu kan wujud usaha untuk menjadi berani.
    Daripada dipendam-pendam. Lugas berbeda dengan ungkapan kasar caci-maki. Setidaknya saya tidak merasa pernah menggunakan kosakata yang bermakna pejoratif. Kalau ada, boleh tolong tunjukkan? Penggunaan majas, terutama eufimisme sesungguhnya lebih cenderung sebagai pelarian dari rasa takut terhadap suatu kekuatan di luar diri manusia. Terkadang saya heran, mengapa berita bencana, kebakaran, misalnya, masih sempat-sempatnya menggunakan istilah "si jago merah"... Polesan yang gak penting. Kalau puisi yah apa boleh buat. Mungkin sama nilainya dengan memanggil harimau di Sumatra sebagai "Datuk" atau tikus di Jawa sebagai "den Baguse"...???

  • Kalau parameternya milis muslimah dan ummahat...
    Terus terang saya tidak tahu gaya bahasa mereka seperti apa, a la HTR kah? Karena saya jarang membaca yang pesertanya aktif menulis. Kebanyakan mengecewakan, hanya memuat satu dua pengumuman undangan mengaji yang berstruktur klise, forward dari Aa-Gym atau pak Ferry yang banyak penggemar, penjelasan syariah yang terkadang tidak berdasar kuat, dan... Peringatan terhadap alamat situs-situs anti Islam yang patut diwaspadai (tapi sebaliknya malah terjebak promosi karena yang membaca jadi penasaran dan malah bela-belain mampir)... Memang ibu-ibu dan gadis-gadis lebih kreatif merumpikan isi milis di luar sambil temu darat, daripada terpuruk di depan layar; catatan harian biasanya hanya berisi hal-hal rahasia.

  • Di milis yang memuat komentar di atas...
    Malah saya rasa gaya tulisan anggota yang bapak-bapak justru "feminin" karena lebih berbunga dalam bahasa, tentu karena diselaraskan dengan selera ibu-ibu yang menjadi sasaran pembaca utama.

  • Tetapi disebut *cowok*, bukan *ikhwan*...
    Apakah karena... Isi tulisan kurang berkesan Islami, tidak dihias tasbih, tahmid dan tahlil?... Bukankah ketika setiap desah nafas dan langkah kaki diniatkan (walaupun mungkin cuma mandeg di niat, tohohohoho) menjadi dzikir, apa signifikansi dari pernak-pernik itu? Adakah pakem-pakem yang mengikat tulisan Islami, sehingga untuk melanggarnya, harus mengibarkan embel-embel liberal, misalnya?

  • Coba lepaskan dahulu kategori *akhwat*.
    Yang disebut tulisan *cewek* menurut rekan-rekan yang seperti apa? Maaf saya agak kuper dalam hal ini, tohohohoho... Ayu Utami? Fira Basuki? Dewi Lestari? Djenar? Atau teman-teman SMA saya yang sedang naik daun dengan tulisan a la chicklit?
    Memperbesar persoalan ke skala internasional:, antara Agatha Christie, Karen Armstrong, Helen Fielding atau JK Rowling, gaya menulis mana yang lebih sesuai di hati rekan-rekan?

  • Bambu Muda
    Lupa belum cerita, bambumuda itu wakatake, bukan takenoko alias rebung. Besok-besok saya jelaskan asal-usul nama ini lah ;)).

  • Tohohohoho
    Adalah gaya tertawa Chibi Maruko Chan, sama sekali bukan cowok.


Sebenarnya ketika blog hanya ditujukan demi kepuasan pribadi, rekaman sehari-hari dari jejak tapak merangkak-rangkak di dunia maya, apa pun gaya bahasa saya tentu tak penting. Tetapi jika suatu saat saya perlu memanfaatkannya sebagai sarana pemindahan ilmu, kesalahpahaman akan sangat mengganggu.
Sebagai reaksi dari surat yang sempat membuat saya "terpekur muram" tadi, saya harap rekan-rekan yang menyempatkan mampir mengisi jajak pendapat umpan balik yang saya sediakan di pojok kanan atas blog bambumuda, kalimat mana yang paling tepat menggambarkan kesan rekan-rekan terhadap blog ini (yang jelas selain "cowok banget" lah), untuk pertimbangan dalam mengasah pena di perjumpaan kita yang berikutnya.

Terima kasih yaaa.

Rabu, 05 Januari 2005

By the Year 2005...

Intermezzo...
Berhubung beberapa hari ini saya terlalu sering mengirim gambar bouzu, kok belum bosan yah, tohohohoho... Maka kali ini, eng i eng... Foto yang diambil sekitar seperempat abad yang lalu...

info2000


By the year 2000,
information will be multiplying
four times faster than population.


Lima tahun berikutnya, sekarang, mungkin saja teori ini benar... Namun apakah sudah cukup memadai?
Yang berlipat cepat, hanya gunjingan tak penting, sementara ilmu, tak sampai kepada yang membutuhkan...

Iya, ini foto nyaris-nyaris gundul saya, di atas singgasana jingga (kursi bayi, tepatnya) yang saya menangkan di acara lomba bayi sehat sekota. Ayahanda melakukan itazura dengan memasangkan gaya sedemikian rupa. Tentu saja saat itu saya sama sekali belum bisa membaca, walaupun di kemudian hari termasuk cepat mempelajari huruf-huruf, dibandingkan anak-anak seumur saya. Judul berita koran yang berhasil saya baca secara lengkap pertama kali, adalah "Gunung Galunggung Meletus".

Senin, 03 Januari 2005

Hatsumoude

hakushuApa makna tahun baru yang khusus, sehingga harus dirayakan? Sebagai hari perihelium, ketika jarak Bumi dengan Matahari mencapai titik terdekat, mungkin ada pengaruh gaya gravitasi yang berbeda antara tengah malam dan siang bolong...(?)
Dalai Lama pernah protes: "Mentari toh tetap terbit dari timur."
Terdengar seruan dari berbagai penjuru untuk membatalkan perayaan tahun baru, di sana berduka kok di sini bersuka. Tapi kan yang namanya musibah bukan hanya kali ini, lah setiap detik ada saja yang sengsara...
Secara garis besar, kegiatan tahun baru di Jepang cenderung merupakan ibadah yang khidmat, bukan hura-hura. Adat istiadat tahun baru mereka yang asli dengan serta merta dipindahkan ke penanggalan Gregorian 1 Januari.



Joya no Kane 「除夜の鐘」


Setiap malam tahun baru sejak jam 11 malam, tera-tera menyelenggarakan pemukulan genta tembaga sebanyak 108 kali, sebagai doa menghapuskan 108 macam dosa yang tercatat dalam kitab agama Buddha.
chioninkanechioninbouzu
Daishourou 「大鐘楼」, genta terbesar di Jepang, diameter 2.8 meter, berat 70 ton, terletak di Chion-in, dari vila Bambu Muda berjarak sekitar 15 menit naik sepeda ke selatan.
Pada akhir tahun 2002 aku menyempatkan ikut antre menapaki tangga-tangga menuju bukit tempat sang genta bersemayam dan melihat sendiri prosesinya: batang pemukul ditarik ramai-ramai oleh para pertapa, dan dilepaskan dengan salah seorang menjatuhkan diri ke bawah genta secara bergiliran.

Omamori dan Hamaya 「お守り」「破魔矢」


hamayaheianhatsumoude
Adat berikutnya adalah berdoa ke kuil-kuil shinto mengumpulkan jimat, terutama yang berbentuk panah = hamaya .

Para penyumbang semacam zakat, akan menyelenggarakan ritual ke delapan penjuru mata angin yang ditarikan oleh miko, gadis penjaga kuil.

Okera mairi 「朮参り」

hinawaokeraki

lilininari
di Yasaka Jinja di daerah Gion Kyoto, adalah menyalakan okera, yaitu gulungan tali dari sejenis tanaman obat serunai, ke lentera-lentera yang terpasang di sekeliling kuil. Asapnya dibawa pulang ke rumah untuk dipakai memasak atau membakar kemenyan, karena dianggap memiliki kekuatan menolak bala. Selain berbentuk tali, ada juga kayu batangan yang dibakar habis, sebelumnya ditulisi harapan-harapan untuk tahun berikutnya.

Fushimi Inari 「伏見稲荷」


kaoinariDi Fushimi Inari, hatsumoude dilakukan dengan menuliskan harapan di atas papan berbentuk kepala rubah.
kitsunekatsuniDi puncak, kegiatan penulisan itu dilakukan oleh ahlinya, pada miniatur torii sebagai ciri khas kuil ini, dengan beragam ukuran dengan harga yang berbeda.
wakaremichiinaritoriiamaterasudawntorii
kantidantorii


toriiswatiTahun baru 2004 aku lewatkan bersama Sakti-san, menyusuri jajaran gerbang Torii nyaris tak berhingga ke puncak perbukitan kuil sampai fajar menyingsing dan matahari menyinari wajah. Suhu musim dingin ternyata bisa diatasi oleh panas dari gerak jalan tak henti.

Minggu, 02 Januari 2005

Amba Ambika Ambalika

ambikaBukan menyaingi 「今年の漢字」Huruf Tahun Ini. Maksudnya awalnya cuma mau memperkenalkan seekor makhluk bernama ambigram.
Silakan pandangi tarikan-tarikan kuas di samping ini dengan memiringkan kepala ke kiri, lalu coba miringkan juga ke kanan. Suatu contoh bahwa ketika melihat sesuatu dari dua sisi yang berlawanan, ternyata bisa juga menimbulkan kesan yang sama.
Dasar desain karakter yang dipergunakan adalah font abjad romawi bergaya oriental, Karate dan Katana, dengan penyesuaian di sana-sini sehingga jadi jauh berbeda dari font aslinya, demi mencapai efek yang diharapkan. Adakah terbaca dengan baik?

Di bawah ini saya sertakan animasinya, entahlah apakah bisa bergerak dengan normal di browser lain.
ambalika

Amba, Ambika, dan Ambalika




*** Amba, Ambika dan Ambalika, adalah tiga putri korban tragedi yang diakibatkan oleh sistem sosial yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebangsawanan, kekuasaan, dan kepemilikan perempuan yang menindas harga diri mereka.
Amba berusaha memperjuangkan hak memilih sendiri pasangan hidupnya, namun ditolak sang kekasih karena ia telah dimenangkan oleh Bhisma Devabrata yang bersumpah selibat. Karena sang pemenang juga tak mau menerimanya, ia membakar diri untuk bereinkarnasi menjadi manusia hermaprodit, Srikandi yang suatu saat membalaskan dendamnya kepada Bhisma.
Ambika dan Ambalika hanya sebentar menikmati kehidupan nyaman dengan adik tiri Bhisma, Vicitravirya yang kemudian meninggal sakit-sakitan. Demi melangsungkan keturunan, sang mertua memaksa mereka untuk menikah kembali dengan abang tiri sang suami. Mereka melakukannya dengan tidak rela dan setengah hati, sehingga melahirkan putra-putra cacat, buta dan pucat.
Awal dari tumbuhnya bibit-bibit perang saudara termahsyur sepanjang dunia perwayangan, Bharatayudha.